Rabu, 23 Juni 2010

Tips Berhenti Merokok untuk Selamanya

Sebagaimana kita ketahui bahwa merokok lebih banyak memberi kerugian dibandingkan keuntungan. Merokok dapat menyebabkan gigi menjadi kuning, kulit yang tidak sehat, nafas yang bau, kesulitan bernafas, kanker, penyakit paru dan jantung. Walaupun demikian, orang tetap merokok dan semakin banyak anak usia muda yang mulai merokok. Walaupun statistik menunjukkan peningkatan jumlah perokok yang cukup besar, keputusan akhir untuk berhenti merokok ada pada si perokok itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa mitos dan kenyataan tentang merokok.

Mitos #1: Mengapa saya harus berhenti merokok? Pada akhirnya saya pasti akan meninggal karena sesuatu sebab.

* Tentu, anda akan meninggal karena sesuatu sebab. Namun, bila anda perokok sedang, anda memiliki kemungkinan untuk meninggal tahun depan yang besarnya 1,5 kali orang bukan perokok yang berusia serta berjenis kelamin sama dengan anda. Anda juga memiliki kemungkinan untuk meninggal 3 tahun lebih cepat dari orang bukan perokok, dan sekitar dua kali lebih mungkin untuk mendapat serangan jantung atau meninggal karena kanker dibandingkan mereka yang bukan perokok.

Mitos #2 : Bila saya berhenti merokok, saya akan menjadi gemuk.

* Bila perokok menghentikan kebiasaanya, 79 % dari mereka akan bertambah berat badannya, namun pertambahan rata-ratanya hanya 2,3 kg. Berolahraga dan menjaga makanan yang dikonsumsi dapat membantu anda mencegah terjadinya kegemukan.

Mitos #3 : Saya tidak dapat menikmati hidup tanpa merokok.

* Bekas perokok memiliki kualitas hidup yang lebih baik, dengan berkurangnya batuk, bertambah baiknya fungsi paru serta bertambah kuatnya sistem pertahanan tubuh mereka, dibandingkan mereka yang tetap merokok.

Mitos #4 : Saya sudah terlanjur sakit akibat merokok. Jadi, lebih baik saya tetap merokok.

* Mereka yang berhenti merokok setelah mendapat serangan jantung memiliki kemungkinan untuk meninggal 10 kali lebih sedikit dibandingkan mereka yang terus merokok. Sepuluh tahun setelah serangan jantung, hanya 5 % dari yang berhenti merokok kemudian meninggal, dibandingkan dengan 49 % dari mereka yang tetap merokok. Penderita kanker paru juga lebih besar kemungkinannya untuk tetap hidup bila mereka berhenti merokok.

Mitos #5 : Saya akan berhenti merokok nanti. Tubuh saya masih memiliki waktu untuk mengatasinya.

* Walaupun beberapa efek buruk rokok ( seperti yang disebabkan oleh nikotin ) dapat menghilang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah berhenti merokok, efek-efek lainnya perlu beberapa tahun untuk menghilangkannya. Untuk sebagian besar penyakit akibat merokok, semakin lama anda berhenti merokok, semakin kecil kemungkinannya untuk sakit atau meninggal.

Mitos #6 : Saya hanya menyakiti diri saya sendiri.

* Teman serta keluarga anda tidak hanya harus menghadapi penyakit akibat merokok yang anda alami, kebiasaan merokok anda juga akan meningkatkan risiko mereka untuk sakit dan meninggal. Orang yang terpapar asap rokok secara reguler memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita infeksi saluran nafas dan penyakit paru seperti pneumonia.

Mitos #7 : Saya telah mencoba berhenti dan gagal, jadi kemungkinan besar saya akan gagal lagi bila mencoba berhenti.

* Banyak orang yang tidak langsung berhasil menghentikan kebiasaan merokoknya. Merokok adalah kebiasaan yang bersifat sangat adiktif dan banyak perokok yang mencoba berhenti untuk beberapa kali sebelum mereka akhirnya berhasil. Sebagian besar perokok kambuh kembali pada minggu pertama setelah berhenti, di saat mana gejala penghentian kebiasaan tersebut muncul dengan kuat sedangkan tubuh masih amat tergantung pada nikotin. Waspadalah bahwa saat-saat tersebut adalah saat yang paling sulit dan gunakanlah seluruh kekuatan dan kemauan anda serta teman dan keluarga anda agar dapat melalui masa-masa kritis tersebut. Metode yang terbaik bagi setiap orang berbeda-beda. Cara yang mungkin aneh bagi orang lain mungkin merupakan cara yang terbaik bagi anda. Jadi, jangan malu untuk mencoba cara baru.

Berikut adalah beberapa saran yang dapat anda gunakan :

* Putuskanlah dengan tegas bahwa anda ingin berhenti merokok. Upayakan untuk menghindar dari pikiran negatif mengenai sulitnya upaya penghentian merokok.
* Jangan kosongkan asbak anda. Benda tersebut dapat mengingatkan anda tentang banyaknya rokok yang anda isap setiap harinya. Pemandangan serta bau puntung rokok tersebut juga dapat dijadikan peringatan bagi anda.
* Buang semua rokok dan korek yang masih belum digunakan.
* Kunjungilah dokter gigi untuk membersihkan kotoran gigi akibat tembakau. Perhatikan betapa indahnya gigi anda setelah dibersihkan dan pastikan agar tetap demikian keadaannya.
* Buatlah daftar barang-barang yang ingin anda beli untuk diri anda sendiri maupun untuk orang lain. Perkirakan harganya berdasarkan harga rokok perbungkus, dan sisihkan uangnya untuk membeli hadiah-hadiah tersebut.
* Tetapkanlah target waktu untuk berhenti merokok, misalnya pada hari ulang tahun anda atau ulang tahun pernikahan anda, dan upayakan agar rencana tersebut jangan berubah apapun yang terjadi. Langkah ini dapat mempermudah anda untuk mengingat kapan anda mulai berhenti merokok dan untuk merayakannya setiap tahun!

Selasa, 22 Juni 2010

5 kiat sukses berhenti merokok.

5 Alasan dan Faktor Pendorong untuk Berhenti Merokok:

1. Finansial
Tentunya ini adalah alasan/faktor pendorong yang sangat dan paling kuat. Secara hitungan sederhana saja, kalau dalam sehari menghabiskan rokok kretek favorit saya sebanyak 2 bungkus maka secara nominal nilainya sekitar Rp 10.000,00.
Kalau dikali jumlah hari dalam satu tahun maka nilainya menjadi Rp 3.650.000,00!
Jadi tinggal Anda bayangkan perasaan kita kalau membakar uang sebesar itu :cry:
2. Penampilan
Waktu masih jadi perokok, bisa dibilang penampilan saya tidak pernah bisa didefinisikan dengan jelas (maksudnya sih gak karuan alias berantakan).
Tapi sekarang setiap orang yang ketemu saya selalu berkomentar, “Wah, sekarang segeran ya kamu..”
Atau juga kadang-kadang ada tambahan komentar sebagai berikut, “Gemukan lagi…”
3. Kesehatan
Kalau ini sih sangat amat jelas sekali :roll:
Sejak saya berhenti merokok, badan saya jadi lebih enteng dan terutama aroma napas dan badan saya lumayan menurun sensasi tidak sedapnya.
4. Tren dan Gaya Hidup
Kebetulan sekarang yang lagi tren adalah tidak merokok. Selain itu sekarang di banyak tempat umum sudah mulai dilarang merokok kecuali di area-area tertentu yang sudah ditetapkan.
5. Omelan Isteri :razz:
Sejak masih pacaran sampai menikah, isteri saya (dulu sih masih calon isteri) sangat tidak suka asap rokok. Bahkan ayah mertua saya sampai harus mengasingkan diri di halaman belakang rumahnya karena protes puteri tercintanya itu kalau mau merokok.
Karena omelan yang panjang lebar dan tiada lelah berhenti itu, saya akhirnya termotivasi untuk segera berhenti merokok.

5 Kiat Berhenti Merokok:

1. Kurangi Jumlah Batang Rokok yang Dihisap per Hari
Proses untuk berhenti merokok tidak serta merta saya lakukan. Bagaimanapun juga tubuh saya yang sudah terkondisikan oleh nikotin dan tar tentunya akan melakukan aksi protes yang spartan jika mendadak suplai racun tersebut terhenti tiba-tiba.
Karena itu saya mengurangi dengan bertahap. Saya pasang target untuk mulai mengurangi jumlah batang rokok dari jumlah 36 batang per hari.
Jadi perlu waktu sampai hampir dua bulan untuk berhenti menghisap rokok kretek kesayangan saya itu.

2. Kurangi Kadar Nikotin per Batang Rokok yang Dihisap per Hari
Setelah berhasil mengurangi batang rokok kretek yang saya hisap per hari, saya berpindah menghisap rokok dengan kadar tar dan nikotin yang rendah.
Prinsip yang dipakai masih seperti di atas. Jadi dalam waktu sekitar 5 bulan saya sudah bisa total berhenti merokok.

3. Giat Olah Raga
Untuk menyeimbangkan metabolisme tubuh saya yang sudah pasti berubah itu, saya rajin olah raga. Setiap hari saya jogging sekitar 30 menit di sekitar lingkungan rumah. Kadang-kadang kalau lagi semangat pergi ke gym dekat rumah untuk latihan beban.
Lumayan, siapa tahu bisa punya badan seperti Ade Rai atau Brad Pitt :???:

4. Kurangi Tidur Larut Malam
Karena sudah terbiasa kerja gila-gilaan dikejar waktu tenggat penyelesaian proyek dari klien atau kantor, saya jadi sering tidur larut malam bahkan sampai subuh. Kadang-kadang untuk mengusir rasa dingin, kantuk dan rasa bosan saya akhirnya jadi merokok (tentu saja ditemani segelas kopi panas).
Akhirnya saya menetapkan untuk disiplin waktu. Sekalipun kerja di rumah, saya hanya bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Kalau harus lembur karena dikejar deadline, biasanya tidak pernah lebih dari jam 10 malam.
Atau karena sedang panas-panasnya coding aplikasi software atau penasaran sama bug yang nggak ketemu-ketemu asalnya, saya tetap memaksakan diri untuk mematikan komputer tepat jam 10 malam.
Jadi saya tetap bisa tidur jam 11 malam dan bangun jam 5 pagi (sekalipun biasanya habis sholat subuh sering tidur lagi sampai jam 7 :lol: )

5. Mintalah Istri/pacar untuk Sering Ngomel :lol:
Kiat ini sangat ampuh buat saya. Calon isteri (sekarang sih udah jadi isteri) saya itu sangat rajin mengomeli saya kalau sudah merokok atau kerja di luar jam yang disebut tadi. Jika beliau sudah mulai bosan ngomel, biasanya saya bertanya, “Hon, kok tumben nggak ngomel?”
Maka dengan serta merta meluncurlah dengan deras tiada henti-hentinya segala petuah nan bijaksana kepada saya dari isteri saya tersebut.

Senin, 21 Juni 2010

Dampak Ekonomis Pelarangan Rokok.

Di saat candu tembakau sudah mengakar erat di masyarakat kita, maka diperlukan kebijakan komprehensif, sistematis serta bertahap, bukan hanya kebijakan yang berlaku sepihak. Apalagi jika persoalan tembakau ini menyangkut hajat hidup orang banyak, terutama golongan menengah ke bawah.

Akan sulit dan tidak menjadi kebijakan populis jika pemerintah dengan serta merta melarang rokok. Yang harus dilakukan adalah dengan mengurangi tingkat konsumsi dan produksinya secara betahap. Ini pun menghadapi dilema dengan penghasilan negara.

Terkait dengan fatwa haram rokok, Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan sekarang sedang menghitung potensi penurunan penerimaan cukai setelah satu hingga dua bulan fatwa itu dikeluarkan. "Saya kira fatwa itu harus tetap kita hormati.Tapi, kita akui fatwa haram rokok akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan cukai," ujar Dirjen Bea Cukai Thomas Sugijata di Jakarta, akhir pekan lalu.

Pemerintah menargetkan penerimaan APBN 2010 dari sektor cukai hasil tembakau Rp55,9 triliun, lebih tinggi dari 2009 Rp54,4 triliun dan tahun 2008 Rp49 triliun. Pemerintah memang belum bisa memperkirakan kemungkinan penurunan penerimaan cukai hasil tembakau akibat fatwa itu. Alasannya, fatwa haram baru saja dikeluarkan dan potensi kehilangan pendapatan dari cukai hasil tembakau belum dihitung.

Fatwa haram merokok yang dikeluarkan PP Muhammadiyah tampaknya tidak langsung berdampak secara signifikan terhadap kinerja industri rokok dalam negeri. Karena selain fatwa haram,banyak faktor lain yang memengaruhi industri rokok.

Ini masalah serius yang harus dikaji bersama, tidak hanya dari aspek kesehatan, melainkan juga dari aspek ekonomi, politik, dan sosial. Pengkajian ini menjadi domain pemerintah, karena pemerintahlah yang dapat memberikan jalan keluar atas polemik serius dalam kampanye antirokok. Pemerintah tidak bisa diam, sebab industri rokok telah memberikan kontribusi sangat besar dalam hal keuntungan dan pajak kepada pemerintah.

Pemerintah jangan bersikap ambigu, di satu sisi pura-pura ikut terlibarkampanye annrokok, tetapi di balik itu pemerintah juga berharap banyak dari pajak dan cukai rokok yang sangat besar. Jadi pemerintah harus bersikap tegas cepat turun tangan. Kita tidak ingin terjadi "perang" antara mereka yang antirokok dengan kalangan industri rokok hingga berdampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Bahkan tidak menutup kemungkinan, perang antirokok ini bisa berpengaruh secara politis. Dari pengalaman setiap negara dalam memberlakukan masalah antirokok, hal demikian hanya terbatas pada formalitas di mana pemerintah hanya memberi imbauan kepada semua pabrikan agar kemasan rokok ditulisi sebuah peringatan bahwa merokok itu tidak baik bagi kesehatan.

Karena beban biaya kesehatan dari konsumsi rokok yang harus ditanggung oleh penduduk miskin relatif lebih besar bila ibandingkan dengan golongan mampu. Sedangkan efek yang ditanggung relatif sama, namun kemampuan pendanaan berobat golongan kaya lebih besar ketimbang penduduk miskin.

Biaya ekonomi yang harus ditanggung masyarakat adalah menurunnya produktivitas kerja. Seorang pegawai yang kecanduan tembakau akan lebih rentan terkena berbagai penyakit Dengan demikian, jumlah hari di mana mereka bisa bekerja berkurang dengan adanya gangguan kesehatan yang memaksa mereka berisitirahat.

Dampak Ekonomis Pelarangan Rokok.

Di saat candu tembakau sudah mengakar erat di masyarakat kita, maka diperlukan kebijakan komprehensif, sistematis serta bertahap, bukan hanya kebijakan yang berlaku sepihak. Apalagi jika persoalan tembakau ini menyangkut hajat hidup orang banyak, terutama golongan menengah ke bawah.

Akan sulit dan tidak menjadi kebijakan populis jika pemerintah dengan serta merta melarang rokok. Yang harus dilakukan adalah dengan mengurangi tingkat konsumsi dan produksinya secara betahap. Ini pun menghadapi dilema dengan penghasilan negara.

Terkait dengan fatwa haram rokok, Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan sekarang sedang menghitung potensi penurunan penerimaan cukai setelah satu hingga dua bulan fatwa itu dikeluarkan. "Saya kira fatwa itu harus tetap kita hormati.Tapi, kita akui fatwa haram rokok akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan cukai," ujar Dirjen Bea Cukai Thomas Sugijata di Jakarta, akhir pekan lalu.

Pemerintah menargetkan penerimaan APBN 2010 dari sektor cukai hasil tembakau Rp55,9 triliun, lebih tinggi dari 2009 Rp54,4 triliun dan tahun 2008 Rp49 triliun. Pemerintah memang belum bisa memperkirakan kemungkinan penurunan penerimaan cukai hasil tembakau akibat fatwa itu. Alasannya, fatwa haram baru saja dikeluarkan dan potensi kehilangan pendapatan dari cukai hasil tembakau belum dihitung.

Fatwa haram merokok yang dikeluarkan PP Muhammadiyah tampaknya tidak langsung berdampak secara signifikan terhadap kinerja industri rokok dalam negeri. Karena selain fatwa haram,banyak faktor lain yang memengaruhi industri rokok.

Ini masalah serius yang harus dikaji bersama, tidak hanya dari aspek kesehatan, melainkan juga dari aspek ekonomi, politik, dan sosial. Pengkajian ini menjadi domain pemerintah, karena pemerintahlah yang dapat memberikan jalan keluar atas polemik serius dalam kampanye antirokok. Pemerintah tidak bisa diam, sebab industri rokok telah memberikan kontribusi sangat besar dalam hal keuntungan dan pajak kepada pemerintah.

Pemerintah jangan bersikap ambigu, di satu sisi pura-pura ikut terlibarkampanye annrokok, tetapi di balik itu pemerintah juga berharap banyak dari pajak dan cukai rokok yang sangat besar. Jadi pemerintah harus bersikap tegas cepat turun tangan. Kita tidak ingin terjadi "perang" antara mereka yang antirokok dengan kalangan industri rokok hingga berdampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Bahkan tidak menutup kemungkinan, perang antirokok ini bisa berpengaruh secara politis. Dari pengalaman setiap negara dalam memberlakukan masalah antirokok, hal demikian hanya terbatas pada formalitas di mana pemerintah hanya memberi imbauan kepada semua pabrikan agar kemasan rokok ditulisi sebuah peringatan bahwa merokok itu tidak baik bagi kesehatan.

Karena beban biaya kesehatan dari konsumsi rokok yang harus ditanggung oleh penduduk miskin relatif lebih besar bila ibandingkan dengan golongan mampu. Sedangkan efek yang ditanggung relatif sama, namun kemampuan pendanaan berobat golongan kaya lebih besar ketimbang penduduk miskin.

Biaya ekonomi yang harus ditanggung masyarakat adalah menurunnya produktivitas kerja. Seorang pegawai yang kecanduan tembakau akan lebih rentan terkena berbagai penyakit Dengan demikian, jumlah hari di mana mereka bisa bekerja berkurang dengan adanya gangguan kesehatan yang memaksa mereka berisitirahat.